“Pada dasarnya, orang memang malas dengan perubahan, Nduk,” lanjut Bapak kemudian. “Yang penting dalam hidup ini adalah bagaimana cara kita untuk melakukan yang terbaik pada setiap tarikan nafas kita, hingga tak besar penyesalan yang akan kita jumpai nanti...
----------------------------------------------------------------
Tidak ada yang kekal di dunia ini. Setiap ada kelahiran pasti ada kematian, setiap ada kesenangan pasti ada kesedihan, dan setiap ada perjumpaan pasti diakhiri dengan perpisahan. Aku sangat meyakini semuanya. Yang tetap tak kumengerti, mengapa selalu saja air mata ini jatuh di pipiku saat perpisahan itu datang menjelang.
“Itu manusiawi, Nduk,” kata Bapak memecahkan keheningan suasana.
Sore ini, keluarga besar kami sedang berkumpul. Awalnya gelak tawa menghiasi ruang keluarga yang tak seberapa besar ini karena cerita-cerita masa lalu kami yang penuh dengan keprihatinan, namun terasa menggelikan.
Ibu duduk di depan mesin jahitnya, seusai menjahit celana Thariq, putraku. Bapak duduk tepat di belakang Ibu, sambil sesekali melihat berita di tivi. Aku, adik bungsu kami, adik perempuanku dan suaminya duduk di karpet, juga di depan tivi. Sedangkan dua jundi kecil sedang tidur pulas di kamarnya masing-masing. Dan suamiku tak hadir dalam pertemuan keluarga ini karena sedang melanjutkan studi ke negeri Jiran.
Ya, aku baru datang ke kota kelahiranku 3 hari yang lalu. Kantor tempat aku bekerja memberikan izin cuti, untuk menengok ponakanku yang baru berusia sebulan.
Pertemuan-pertemuan seperti ini selalu aku nantikan dalam hidup sendiriku di perantauan. Setiap kali ada rencana untuk datang ke kampung halaman, sepertinya semangat hidupku tumbuh kembali. Keingingan untuk segera menyelesaikan semua tanggung jawab di kantor menjadi prioritas agar rencana itu tidak sampai gagal hanya gara-gara tidak mendapat ijin dari atasan.
Dan hari-hari menjelang keberangkatan adalah hari-hari terindah. Namun, ketika saat itu tiba, rasa malas mulai menjalari urat nadiku, karena perpisahan pasti akan segera menemuiku.
“Pada dasarnya, orang memang malas dengan perubahan, Nduk,” lanjut Bapak kemudian. “Yang penting dalam hidup ini adalah bagaimana cara kita untuk melakukan yang terbaik pada setiap tarikan nafas kita, hingga tak besar penyesalan yang akan kita jumpai nanti. Seperti yang sedang kau rasakan saat ini, kami semua juga merasakannya. Saat-saat bahagia saat kita berjumpa, akan selalu berakhir dengan saat yang menyedihkan karena perpisahan di antara kita. Itu akan selalu terjadi pada kita, karena dunia ini fana. Tidak ada satu hal pun yang kekal di dunia ini, tak ada. Makanya, kita harus selalu berusaha membenahi iman dan ketaqwaan dalam hati kita, agar kelak kita bisa dikumpulkan dalam surga-Nya. Karena kita hanya akan mendapati pertemuan yang kekal, insyaallah di akhirat nanti, di surga-Nya. Untuk itu, kita harus berlomba-lomba mendapatkan surga Allah hingga kita bisa berjumpa dalam ridho-Nya, tanpa akan menemui perpisahan lagi. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al Kahfi ayat 107 dan 108: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.”
Kami semua menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ya, Pak... Insya Allah, kita akan berusaha untuk selalu berbenah diri, untuk meraih ridho Allah.
“Itu manusiawi, Nduk,” kata Bapak memecahkan keheningan suasana.
Sore ini, keluarga besar kami sedang berkumpul. Awalnya gelak tawa menghiasi ruang keluarga yang tak seberapa besar ini karena cerita-cerita masa lalu kami yang penuh dengan keprihatinan, namun terasa menggelikan.
Ibu duduk di depan mesin jahitnya, seusai menjahit celana Thariq, putraku. Bapak duduk tepat di belakang Ibu, sambil sesekali melihat berita di tivi. Aku, adik bungsu kami, adik perempuanku dan suaminya duduk di karpet, juga di depan tivi. Sedangkan dua jundi kecil sedang tidur pulas di kamarnya masing-masing. Dan suamiku tak hadir dalam pertemuan keluarga ini karena sedang melanjutkan studi ke negeri Jiran.
Ya, aku baru datang ke kota kelahiranku 3 hari yang lalu. Kantor tempat aku bekerja memberikan izin cuti, untuk menengok ponakanku yang baru berusia sebulan.
Pertemuan-pertemuan seperti ini selalu aku nantikan dalam hidup sendiriku di perantauan. Setiap kali ada rencana untuk datang ke kampung halaman, sepertinya semangat hidupku tumbuh kembali. Keingingan untuk segera menyelesaikan semua tanggung jawab di kantor menjadi prioritas agar rencana itu tidak sampai gagal hanya gara-gara tidak mendapat ijin dari atasan.
Dan hari-hari menjelang keberangkatan adalah hari-hari terindah. Namun, ketika saat itu tiba, rasa malas mulai menjalari urat nadiku, karena perpisahan pasti akan segera menemuiku.
“Pada dasarnya, orang memang malas dengan perubahan, Nduk,” lanjut Bapak kemudian. “Yang penting dalam hidup ini adalah bagaimana cara kita untuk melakukan yang terbaik pada setiap tarikan nafas kita, hingga tak besar penyesalan yang akan kita jumpai nanti. Seperti yang sedang kau rasakan saat ini, kami semua juga merasakannya. Saat-saat bahagia saat kita berjumpa, akan selalu berakhir dengan saat yang menyedihkan karena perpisahan di antara kita. Itu akan selalu terjadi pada kita, karena dunia ini fana. Tidak ada satu hal pun yang kekal di dunia ini, tak ada. Makanya, kita harus selalu berusaha membenahi iman dan ketaqwaan dalam hati kita, agar kelak kita bisa dikumpulkan dalam surga-Nya. Karena kita hanya akan mendapati pertemuan yang kekal, insyaallah di akhirat nanti, di surga-Nya. Untuk itu, kita harus berlomba-lomba mendapatkan surga Allah hingga kita bisa berjumpa dalam ridho-Nya, tanpa akan menemui perpisahan lagi. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam Surat Al Kahfi ayat 107 dan 108: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga firdaus menjadi tempat tinggal. Mereka kekal didalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.”
Kami semua menunduk dengan mata berkaca-kaca. Ya, Pak... Insya Allah, kita akan berusaha untuk selalu berbenah diri, untuk meraih ridho Allah.
Dikutip dari:
http://www.oaseqalbu.net/modules.php?name=News&file=article&sid=428
0 comments:
Post a Comment